Spartacus
Pernah mendengar seseorang bernama Spartacus? Dia seorang budak yang memimpin pemberontakan budak terhadap tuan-tuan Romawi sekitar tahun 79 sebelum masehi (beberapa menyatakan tahun 73 SM). Dua pasukan romawi dihancurkan. Pasukan ketiga dipermalukan, meski akhirnya pasukan itu membasmi kelompok Spartacus.
Saat pemberontakan itu berlangsung, Romawi benar-benar ketakutan. Mungkin sama takutnya terhadap bangsa Hun yang menguat di bawah Attila dan mengancam kejayaan Roma 400 tahun kemudian.
Di bawah ancaman pemberontakan Spartacus, Roma yang telah kehilangan dua legiun pasukannya, berada di bawah pimpinan senat. Saat itu, senat terutama diisi oleh bangsawan atau orang kaya. Pengiriman pasukan pembasmi kelompok Spartacus, juga atas keputusan senat.
Setelah dua legiun hancur, beberapa anggota senat mengusulkan agar tembok kota Roma diperkuat untuk menyambut serangan Spartacus.
Crassus, seorang anggota senat dan salah satu orang terkaya di Roma setuju dengan Aggripa, pengusul pembangunan itu. Ia setuju bukan tanpa syarat. Ia tahu, kontrak pembangunan akan melibatkan dirinya karena punya sumber daya amat besar untuk itu.
Namun, ia punya ambisi lebih besar. Sejak lama ia mendengungkan Roma membutuhkan model kepemimpinan yang lebih kuat daripada senat yang kerap ribut tentang sesuatu hal yang tidak jelas. Kerap juga keributan itu bukan soal kemakmuran rakyat, melainkan lebih soal kepentingan mereka dan teman-temannya. Padahal, filosofi pembentukan senat adalah agar rakyat terlibat dalam pemerintahan dan pemerintahan itu memakmurkan rakyat.
Lewat persetujuan atas kontrak itu, Crassus ingin mewujudkan cita-citanya. Ia akan membagi kontrak itu dengan Aggripa, yang di senat kerap bertentangan dengan dia, asalkan didukung soal rencananya membentuk pasukan sendiri untuk menyerbu Spartacus.
Crassus berharap, jika menang ia mendapat pembenaran untuk menjadi pemimpin tunggal. Aggripa setuju saja soal pembagian kontrak itu. Ia mendapat uang dan Crassus mendapat kejayaan.
MEREKA BERTENTANGAN DI HADAPAN PUBLIK. NAMUN MEMBUAT KONSESI DI BELAKANG
Gara-gara ulah dua orang itu, saya jadi teringat dengan beberapa pengusul hak angket. Saya juga hanya tersenyum saat mengingat di mana pengusul itu bekerja. Filosofi pembentukan tempat mereka bekerja, kurang lebih sama dengan filosofi pembentukan senat. Jadi, harap maklum kalau cara kerjanya seperti senat.
Saat pemberontakan itu berlangsung, Romawi benar-benar ketakutan. Mungkin sama takutnya terhadap bangsa Hun yang menguat di bawah Attila dan mengancam kejayaan Roma 400 tahun kemudian.
Di bawah ancaman pemberontakan Spartacus, Roma yang telah kehilangan dua legiun pasukannya, berada di bawah pimpinan senat. Saat itu, senat terutama diisi oleh bangsawan atau orang kaya. Pengiriman pasukan pembasmi kelompok Spartacus, juga atas keputusan senat.
Setelah dua legiun hancur, beberapa anggota senat mengusulkan agar tembok kota Roma diperkuat untuk menyambut serangan Spartacus.
Crassus, seorang anggota senat dan salah satu orang terkaya di Roma setuju dengan Aggripa, pengusul pembangunan itu. Ia setuju bukan tanpa syarat. Ia tahu, kontrak pembangunan akan melibatkan dirinya karena punya sumber daya amat besar untuk itu.
Namun, ia punya ambisi lebih besar. Sejak lama ia mendengungkan Roma membutuhkan model kepemimpinan yang lebih kuat daripada senat yang kerap ribut tentang sesuatu hal yang tidak jelas. Kerap juga keributan itu bukan soal kemakmuran rakyat, melainkan lebih soal kepentingan mereka dan teman-temannya. Padahal, filosofi pembentukan senat adalah agar rakyat terlibat dalam pemerintahan dan pemerintahan itu memakmurkan rakyat.
Lewat persetujuan atas kontrak itu, Crassus ingin mewujudkan cita-citanya. Ia akan membagi kontrak itu dengan Aggripa, yang di senat kerap bertentangan dengan dia, asalkan didukung soal rencananya membentuk pasukan sendiri untuk menyerbu Spartacus.
Crassus berharap, jika menang ia mendapat pembenaran untuk menjadi pemimpin tunggal. Aggripa setuju saja soal pembagian kontrak itu. Ia mendapat uang dan Crassus mendapat kejayaan.
MEREKA BERTENTANGAN DI HADAPAN PUBLIK. NAMUN MEMBUAT KONSESI DI BELAKANG
Gara-gara ulah dua orang itu, saya jadi teringat dengan beberapa pengusul hak angket. Saya juga hanya tersenyum saat mengingat di mana pengusul itu bekerja. Filosofi pembentukan tempat mereka bekerja, kurang lebih sama dengan filosofi pembentukan senat. Jadi, harap maklum kalau cara kerjanya seperti senat.

1 Comments:
Stelah psukan Spartacus dkalahkan crassus, istri dan anak Spartacus dbawa kerumah crassus. Karena diam2 crassus mncintai Varinia (istri Spartacus). Tapi akhirnya Varinia dbebaskan oleh Aggripa. Nha klo memang bnar Aggripa kong kalikong dg Crassus, knpa Aggripa mlakukan hal itu, yg akhirnya Aggripa mengakhiri hidupnya sndiri.
Post a Comment
<< Home