Presiden
Selasa (9/5) Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Mungkin karena dingin, ia memakai jaket warna krem dengan kancing terbuka yang memperlihatkan kemeja putihnya. Jaket bahkan terlihat kebesaran di tubuhnya. Kelelahan, karena perjalanan atau juga karena serangkaian persoalan yang menimpa negaranya, tersirat di wajahnya yang menebar senyum.
Jika saja ia tidak disertai rombongan pengawal dan berangkat ke pasar dengan dandanan seperti, mungkin orang tidak menduga ia presiden atau bupati sekalipun. Dandanannya tak ubahnya seperti awam.
Sepanjang yang saya dengar, ia tidak pernah menyerukan imbauan berhemat. Namun, ia selalu terlihat berhemat. Saat dilantik, ia mengenakan sepatu coklat yang telah kusam karena digunakan bertahun-tahun.
Saat masih menjadi walikota Teheran, ia pernah berpolemik dengan Presiden Iran sebelumnya, Hashemi Rafsanjani. Rafsanjani mengkritik kemacetan di Teheran. Ahmadinejad membalas kritik dengan mengatakan "Tuan Presiden baru sekali ini merasakan kemacetan Teheran sudah mengeluh. Rakyat Teheran setiap hari merasakan itu dan tidak mengeluh. Bahkan mereka akan merasakan kemacetan lebih parah saat pejabat lewat. Jalan-jalan ditutup agar pejabar lancar lewat." Rafsanjani kehabisan kata-kata.
Dandanan Ahmadinejad memang sederhana saja, jarang sekali ia mengenakan jas. Namun kebijakannya tidak sederhana. Baru beberapa bulan menjabat ia sudah berani menentang kekuatan global. Penentangan itu tidak surut di bawah ancaman senjata dan boikot ekonomi. Itu membuatnya mendapat dukungan publik.
Seandainya Ahmadinejad di sini
Jika saja ia tidak disertai rombongan pengawal dan berangkat ke pasar dengan dandanan seperti, mungkin orang tidak menduga ia presiden atau bupati sekalipun. Dandanannya tak ubahnya seperti awam.
Sepanjang yang saya dengar, ia tidak pernah menyerukan imbauan berhemat. Namun, ia selalu terlihat berhemat. Saat dilantik, ia mengenakan sepatu coklat yang telah kusam karena digunakan bertahun-tahun.
Saat masih menjadi walikota Teheran, ia pernah berpolemik dengan Presiden Iran sebelumnya, Hashemi Rafsanjani. Rafsanjani mengkritik kemacetan di Teheran. Ahmadinejad membalas kritik dengan mengatakan "Tuan Presiden baru sekali ini merasakan kemacetan Teheran sudah mengeluh. Rakyat Teheran setiap hari merasakan itu dan tidak mengeluh. Bahkan mereka akan merasakan kemacetan lebih parah saat pejabat lewat. Jalan-jalan ditutup agar pejabar lancar lewat." Rafsanjani kehabisan kata-kata.
Dandanan Ahmadinejad memang sederhana saja, jarang sekali ia mengenakan jas. Namun kebijakannya tidak sederhana. Baru beberapa bulan menjabat ia sudah berani menentang kekuatan global. Penentangan itu tidak surut di bawah ancaman senjata dan boikot ekonomi. Itu membuatnya mendapat dukungan publik.
Seandainya Ahmadinejad di sini

0 Comments:
Post a Comment
<< Home