Kita dan Sampah
Benarkan kita tidak suka sampah? Sebagian besar dari kita akan menjawab ya dengan tegas. Kalau suka sampah, khawatir disamakan dengan pemulung yang mata pencariannya mengandalkan sampah.
Tidak sedikit yang menjawab ya sebenarnya suka dengan sampah. Tentu bukan sampah kertas, potongan sayur, atau sisa masakan kemarin. Mereka menyukai sampah lain yang tidak berasa, tidak berbau, tidak berbentuk, namun berefek dahsyat.
Jam lima pagi ada sampah tentang kabar selibritis A atau B yang sedang ini dan itu. Dua jam kemudian televisi memutar itu lagi, terus, terus, dan terus.
Tidak ada manfaat pasti dengan menyaksikan itu. Kecuali mungkin bila ikut kegiatan dan kelompok tertentu yang anggotanya suka dengan kesusahan orang lain dan benci dengan kesenangan orang lain.
Di gedung pemerintahan juga kerap dihasilkan kebijakan sampah. Banyak kebijakan tidak bermanfaat bagi publik. Namun bermanfaat besar bagi kelompok tertentu.
Tapi begitulah sampah. Hanya sedikit orang bisa memanfaatkannya, seperti pemulung. Untuk bisa mendapat hasil dari sampah, berarti harus menyukai tempat busuk.
Tidak sedikit yang menjawab ya sebenarnya suka dengan sampah. Tentu bukan sampah kertas, potongan sayur, atau sisa masakan kemarin. Mereka menyukai sampah lain yang tidak berasa, tidak berbau, tidak berbentuk, namun berefek dahsyat.
Jam lima pagi ada sampah tentang kabar selibritis A atau B yang sedang ini dan itu. Dua jam kemudian televisi memutar itu lagi, terus, terus, dan terus.
Tidak ada manfaat pasti dengan menyaksikan itu. Kecuali mungkin bila ikut kegiatan dan kelompok tertentu yang anggotanya suka dengan kesusahan orang lain dan benci dengan kesenangan orang lain.
Di gedung pemerintahan juga kerap dihasilkan kebijakan sampah. Banyak kebijakan tidak bermanfaat bagi publik. Namun bermanfaat besar bagi kelompok tertentu.
Tapi begitulah sampah. Hanya sedikit orang bisa memanfaatkannya, seperti pemulung. Untuk bisa mendapat hasil dari sampah, berarti harus menyukai tempat busuk.

0 Comments:
Post a Comment
<< Home